Kamis, 10 Oktober 2013

Karomah Abah Anom

Karomah Abah Anom : Kapten Yang Ingin Beradu Ilmu Akhirnya Kalah Atas Izin Allah



Bersumber dari orang yang bersangkutan sendiri yang diceritakan di muka umum beberapa kali di beberapa tempat di depan anggota ikhwan TQN (beliau akhirnya menjadi muballigh TQN), tercatatlah nama seorang Kapten yang kini telah wafat. Berasal dari daerah Jawa Tengah beliau juga seorang kyai yang gagah dan berwibawa terkenal dengan ilmu dan amaliyahnya yang luar biasa.
Ketika itu di saat keadaan Jawa Barat masih belum sepenuhnya aman, Kapten itu bertugas di suatu tempat yang wilayahnya mencakup Pondok Pesantren Suryalaya. Ia mendapat laporan dan bahan cukup tentang Suryalaya yang akhirnya ia mengambil kesimpulan sendiri bahwa di Suryalaya itu ada Kyai yang banyak ilmunya, tetapi ia meragukan kebaikan dan ajarannya, sebab saat itu banyak laporan dan info pihak-pihak yang dengki bahwa Suryalaya melakukan hal-hal yang tidak benar. Oleh sebab itu sang Kapten menjadi marah dan merasa perlu mengambil tindakan. Setelah didiskusikan dengan atasannya akhirnya ia mendapat persetujuan untuk mengambil tindakan yang diperlukan.

Kemudian ia mengumpulkan sebanyak 60 orang anggota pasukannya, dinihari menjelang subuh dikepungnya Pondok Pesantren  Suryalaya. Dia sendiri, dengan berpakaian preman datang  ke Suryalaya dan menjadi makmum sholat subuh yang diimamkan/dipimpin oleh Abah Anom di Masjid Nurul Asror.

Setelah sholat subuh dengan berbagai dzikir dan wirid, Sang Kapten bertemu dengan Abah Anom dan ingin membicarakan berbagai persoalan. Namun ia tidak mengatakan bahwa sesungguhnya ia adalah seorang Kapten yang saat ini bersama 60 orang anak buahnya yang sedang mengepung Pondok Pesantren Suryalaya.

"Baik, sesudah makan kita bicara bebas nanti", jawab Abah.
Kapten itu setuju dengan mengangguk, tetapi kemudian dia sungguh kaget, hampir saja ia pingsan kalau saja ia bukan seorang kapten yang cukup terlatih dalam perang fisik maupun perang urat syaraf.
Mengapa demikian...?

Karena kemudian Abah Anom berkata:
"Kalau saudara Kapten sudah setuju kita makan dulu baru bicara, sebaiknya anak buah Kapten yang 60 orang mengepung Pondok ini, dipanggil untuk makan bersama....."
Inilah pangkal kaget dan keheranan pertama, dimana Abah Anom yang dihadapinya itu seorang Kapten, dimana pula Abah tahu anak buah kapten itu berjumlah 60 orang sedang mengepung Pondok dan bagaimana caranya makan bersama 60 orang, sedang persediaan tentu tidak ada, karena tidak diberitahu akan kehadiran tamu 60 orang lagi, namun Abah Anom terus mengulangi anjurannya.

Kapten yang rahasianya sudah kebobolan ini, tidak merahasiakan lagi siapa dia dan apa tindakannya, maka dia komandokan anak buahnya keluar dan turut makan bersama.

Sesudah mereka semua puas dijamu makan, anak buah yang 60 orang itu disuruhnya pulang ke asramanya dan minta disampaikan kepada Komandannya (atasan sang Kapten) bahwa ia sedang bersama Abah Anom. Semua anak buahnya meninggalkan Pondok, kini tinggallah Abah Anom dengan Kapten duduk di sebuah ruangan tempat makan, yang keadaannya bersih.
 
Setelah semua rahasianya kebobolan, niat di hati sang Kapten kini berubah semula ia ingin mengepung dan menangkap Abah Anom tetapi kemudian ia ingin menguji dan mencoba seberapa hebatnya ilmu dari Abah Anom itu.
Dia sangat jengkel karena rahasia dibuka dan diketahui oleh Abah Anom tanpa tedeng aling-aling. Dia sekarang mau mengalahkan dan menundukkan Abah Anom dan jika tidak bisa mengalahkannya, dia sudah berjanji dan bertekad dalam hati akan menjadi murid Abah Anom.  
Begitu suasana sudah kelihatan tenang, Sang Kapten mengeluarkan sebuah batu kali dari kantongnya sebesar tinju.  Yang memang sudah dipersiapkan jika diperlukan untuk menghadapi Abah Anom. Batu tersebut diletakkan di sebelah telapak tangan kirinya kemudian tangan kanannya satu kali pukul saja batu tersebut telah terbelah dua. Dia berikan kedua belahan batu itu kepada Abah dengan sikap sombong dan takabur.
Abah Anom mengambil batu itu dan meremas batu itu, kemudian jadilah batu itu hancur laksana tepung. Si Kapten terbelalak matanya tetapi ia belum putus asa dan masih penasaran.

Tiba-tiba Abah Anom meminta  segelas air kepada tukang masak di dapur, yang segera datang di hadapan Abah Anom. Gelas berisi air tersebut diberikan kepada Si Kapten yang dilihatnya ada ikan dalam gelas. Kapten itu segera bergaya seperti orang yang memancing dan ikan tersebut seolah-olah terkait di alat pancing. Dia tunjukkan dengan sombong ikan yang laksana terpancing dari gelas itu kepada Abah Anom. 
Tetapi tiba-tiba di lantai di hadapan si Kapten menggeletar seekor ikan besar yang kemudian dengan isyarat jari telunjuk saja oleh Abah Anom, ikan itu laksana terkait dengan pancingan telunjuk Abah Anom.

Belum sempat sang Kapten menunjukkan ketakjubannya lagi, Abah Anom seolah-olah memegang ketapel, beliau arahkan ketapel itu ke atas atap rumah dan sesudah ditariknya tiba-tiba jatuhlah seekor burung yang rupanya kena tembakan ketapel tadi.

Sang Kapten bersujud di depan Abah Anom, diletakkannya lututnya kepada lutut Anom Anom, mengaku kalah dan meminta maaf, serta minta ditalqinkan untuk menganut dan mengamalkan TQN PP.Suryalaya.

Abah Anom kemudian berjabat tangan dengan Kapten itu dan baru saja ditalqin. Kapten itu entah pingsan atau tak sadar diri pokoknya ia tertidur terlena dan nyenyak sekali.
Antara satu atau dua jam kemudian dia terbangun dan dia menceritakan hal-hal aneh dan ghaib yang ia saksikan dan yang ia pelajari dalam keadaan tersebut. Lalu Abah Anom mengatakan, bahwa semua itulah yang telah diajarkan kepadanya.
Itulah cerita Sang Kapten.... Dalam keadaan tidak sadar beberapa lama itu ia melihat berbagai keindahan yang menarik, juga menyaksikan berbagai hal yang menakutkan dan dia merasa Abah Anom selalu ada membimbingnya.

Sejak kejadian tersebut sang Kapten langsung menjadi murid Abah Anom yang setia dan pergi kemana-mana bertabligh untuk syiar TQN PP.Suryalaya sampai akhir wafatnya.

Teruntuk Guru Mursyid Kamil Mukammil Sayyidi Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin ra.
Al-Fatihah....

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar