Karomah Abah Anom : Kapten Yang Ingin Beradu Ilmu Akhirnya Kalah Atas Izin Allah
Bersumber dari orang yang bersangkutan sendiri yang diceritakan di muka umum beberapa kali di beberapa tempat di
depan anggota ikhwan TQN (beliau akhirnya menjadi muballigh TQN),
tercatatlah nama seorang Kapten yang kini telah wafat. Berasal dari
daerah Jawa Tengah beliau juga seorang kyai yang gagah dan berwibawa
terkenal dengan ilmu dan amaliyahnya yang luar biasa.
Ketika
itu di saat keadaan Jawa Barat masih belum sepenuhnya aman, Kapten itu
bertugas di suatu tempat yang wilayahnya mencakup Pondok Pesantren
Suryalaya. Ia mendapat laporan dan bahan cukup tentang Suryalaya yang
akhirnya ia mengambil kesimpulan sendiri bahwa di Suryalaya itu ada Kyai
yang banyak ilmunya, tetapi ia meragukan kebaikan dan ajarannya, sebab
saat itu banyak laporan dan info pihak-pihak yang dengki bahwa Suryalaya
melakukan hal-hal yang tidak benar. Oleh sebab itu sang Kapten menjadi
marah dan merasa perlu mengambil tindakan. Setelah didiskusikan dengan
atasannya akhirnya ia mendapat persetujuan untuk mengambil tindakan yang
diperlukan.
Kemudian
ia mengumpulkan sebanyak 60 orang anggota pasukannya, dinihari
menjelang subuh dikepungnya Pondok Pesantren Suryalaya. Dia sendiri,
dengan berpakaian preman datang ke Suryalaya dan menjadi makmum sholat
subuh yang diimamkan/dipimpin oleh Abah Anom di Masjid Nurul Asror.
Setelah
sholat subuh dengan berbagai dzikir dan wirid, Sang Kapten bertemu
dengan Abah Anom dan ingin membicarakan berbagai persoalan. Namun ia
tidak mengatakan bahwa sesungguhnya ia adalah seorang Kapten yang saat
ini bersama 60 orang anak buahnya yang sedang mengepung Pondok Pesantren
Suryalaya.
"Baik, sesudah makan kita bicara bebas nanti", jawab Abah.
Kapten
itu setuju dengan mengangguk, tetapi kemudian dia sungguh kaget, hampir
saja ia pingsan kalau saja ia bukan seorang kapten yang cukup terlatih
dalam perang fisik maupun perang urat syaraf.
Mengapa demikian...?
Karena kemudian Abah Anom berkata:
"Kalau
saudara Kapten sudah setuju kita makan dulu baru bicara, sebaiknya anak
buah Kapten yang 60 orang mengepung Pondok ini, dipanggil untuk makan
bersama....."
Inilah
pangkal kaget dan keheranan pertama, dimana Abah Anom yang dihadapinya
itu seorang Kapten, dimana pula Abah tahu anak buah kapten itu berjumlah
60 orang sedang mengepung Pondok dan bagaimana caranya makan bersama 60
orang, sedang persediaan tentu tidak ada, karena tidak diberitahu akan
kehadiran tamu 60 orang lagi, namun Abah Anom terus mengulangi
anjurannya.
Kapten
yang rahasianya sudah kebobolan ini, tidak merahasiakan lagi siapa dia
dan apa tindakannya, maka dia komandokan anak buahnya keluar dan turut
makan bersama.
Sesudah
mereka semua puas dijamu makan, anak buah yang 60 orang itu disuruhnya
pulang ke asramanya dan minta disampaikan kepada Komandannya (atasan
sang Kapten) bahwa ia sedang bersama Abah Anom. Semua anak buahnya
meninggalkan Pondok, kini tinggallah Abah Anom dengan Kapten duduk di
sebuah ruangan tempat makan, yang keadaannya bersih.
Setelah
semua rahasianya kebobolan, niat di hati sang Kapten kini berubah
semula ia ingin mengepung dan menangkap Abah Anom tetapi kemudian ia
ingin menguji dan mencoba seberapa hebatnya ilmu dari Abah Anom itu.
Dia
sangat jengkel karena rahasia dibuka dan diketahui oleh Abah Anom tanpa
tedeng aling-aling. Dia sekarang mau mengalahkan dan menundukkan Abah
Anom dan jika tidak bisa mengalahkannya, dia sudah berjanji dan bertekad
dalam hati akan menjadi murid Abah Anom.
Begitu
suasana sudah kelihatan tenang, Sang Kapten mengeluarkan sebuah batu
kali dari kantongnya sebesar tinju. Yang memang sudah dipersiapkan jika
diperlukan untuk menghadapi Abah Anom. Batu tersebut diletakkan di
sebelah telapak tangan kirinya kemudian tangan kanannya satu kali pukul
saja batu tersebut telah terbelah dua. Dia berikan kedua belahan batu
itu kepada Abah dengan sikap sombong dan takabur.
Abah
Anom mengambil batu itu dan meremas batu itu, kemudian jadilah batu itu
hancur laksana tepung. Si Kapten terbelalak matanya tetapi ia belum
putus asa dan masih penasaran.
Tiba-tiba
Abah Anom meminta segelas air kepada tukang masak di dapur, yang
segera datang di hadapan Abah Anom. Gelas berisi air tersebut diberikan
kepada Si Kapten yang dilihatnya ada ikan dalam gelas. Kapten itu segera
bergaya seperti orang yang memancing dan ikan tersebut seolah-olah terkait di alat pancing. Dia tunjukkan dengan sombong ikan yang laksana terpancing dari gelas itu kepada Abah Anom.
Tetapi
tiba-tiba di lantai di hadapan si Kapten menggeletar seekor ikan besar
yang kemudian dengan isyarat jari telunjuk saja oleh Abah Anom, ikan itu
laksana terkait dengan pancingan telunjuk Abah Anom.
Belum sempat
sang Kapten menunjukkan ketakjubannya lagi, Abah Anom seolah-olah
memegang ketapel, beliau arahkan ketapel itu ke atas atap rumah dan
sesudah ditariknya tiba-tiba jatuhlah seekor burung yang rupanya kena
tembakan ketapel tadi.
Sang Kapten bersujud di depan Abah Anom, diletakkannya lututnya kepada lutut Anom Anom, mengaku kalah dan meminta maaf, serta minta ditalqinkan untuk menganut dan mengamalkan TQN PP.Suryalaya.
Abah Anom
kemudian berjabat tangan dengan Kapten itu dan baru saja ditalqin.
Kapten itu entah pingsan atau tak sadar diri pokoknya ia tertidur
terlena dan nyenyak sekali.
Antara satu
atau dua jam kemudian dia terbangun dan dia menceritakan hal-hal aneh
dan ghaib yang ia saksikan dan yang ia pelajari dalam keadaan tersebut.
Lalu Abah Anom mengatakan, bahwa semua itulah yang telah diajarkan
kepadanya.
Itulah cerita
Sang Kapten.... Dalam keadaan tidak sadar beberapa lama itu ia melihat
berbagai keindahan yang menarik, juga menyaksikan berbagai hal yang
menakutkan dan dia merasa Abah Anom selalu ada membimbingnya.
Sejak kejadian
tersebut sang Kapten langsung menjadi murid Abah Anom yang setia dan
pergi kemana-mana bertabligh untuk syiar TQN PP.Suryalaya sampai akhir
wafatnya.
Teruntuk Guru Mursyid Kamil Mukammil Sayyidi Syeikh Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin ra.
Al-Fatihah....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar